-->

Type something and hit enter

On
advertise here

Eun Sun bertanya, sedang apa Tae Suk di depan rumahnya. Tae Suk tersenyum, dia minta Eun Sun untuk mengatakan sandi pintu karena Dong Woo pasti sudah lapar.

"Kau sudah gila?" Eun Sun sudah kehilangan kesabaran.

Tae Suk menunjukkan tas sushi udang kesukaan Dong Woo. Eun Sun menampar Tae Suk,  gila?! Sudah sinting?!

Tae Suk menatap Eun Sun dan sushi yang ia bawa bergantian. ingatannya sudah kembali. Eun Sun hampir menangis, ia memarahi Tae Suk, menyuruhnya untuk menghentikan kebiasaan mabuknya itu!


Di rumah, Young Joo menelfon Tae Suk terus-menerus tapi tidak di angkat. Ibunya kesal, baginya Tae Suk keterlaluan, seharusnya kan bisa menelfon dulu kalau mau selarut ini.

kemudian telfon Young Joo diangkat tapi bukan Tae Suk yang mengangkatnya, Young Joo bergegas menemui orang itu. Dia berpesan agar ibunya makan duluan dengan anak-anak. Young Joo tak mengatakan ia mau kemana, ia hanya mengatakan kalau ia akan segera kembali.


Tae Suk tadinya bingung mau bagaimana menjelaskannya pada Eun Sun, untung Eun Sun mengungkit0ungkit minuman jadi dia membenanrkan saja, dia memang kebanyakan minum alkohol. Tae Suk minta maaf lalu bergegas keluar.

"Ah, aku memang gila. Sudah tidak waras... Semabuk apapun diriku... ya... hmm. Park Tae Seok sudah gila. Sudah tidak waras." Tae Suk mencoba menjelaskan lagi sebelum dia benar-benar pergi.

Eun Sun menyuruhnya untuk segera pergi saja tak perlu banyak alasan. Tae Suk menungkit sidang Soo Ji, tak diragukan lagi kalau Eun Sun adalah hakim yang hebat, sangat keren.

Tae Suk lalu mengulurkan sushi yang ia bawa untuk Eun Sun karena sepertinya Eun Sun belum makan malam.Kau belum makan malam, kan ?

"Kenapa mendadak begini padaku?" Tanya Eun Sun.

Tae Suk tak memiliki maksud khusus, ia hanya... Eun Sun memotong, ia menganggap Tae Suk merasa bosan karena sudah jadi terkenal dan memiliki banyak uang.

"Setelah punya segalanya! Apa hidup ini terasa melelahkan?!" Lanjut Eun Sun dengan mata berkaca-kaca.

Tae Suk membantahnya, bukan begitu. Eun Sun menjelaskan masalahnya, ia tidak bisa lagi makan sushi, hari itu, dia janji membelikannya untuk Dong Woo... tapi tidak bisa dia tepati. Bahkan saat dia lewat di depan restoran sushi, dia rasanya ingin memuntahkan makanannya. Dan sekarang Tae Suk malah menyuruhnya makan itu!

"Kau bilang kau sudah lupa dan hidup tenang. Kau bilang kau sudah lupa semuanya! Teruskan hidupmu yang seperti itu. Jangan merasa menyesal dan jaga keluargamu sendiri!" Bentak Eun Sun.

Setelah puas meluapkan uneg-unegnya Eun Sun langsung masuh ke dalam rumah. Tae SUk keluar gerbang dengan lesu, ia sekali lagi menatap tas sushi yang dibawanya. 


Young Joo sampai ke tempat orang yang mengangkat telfon Tae Suk. Ternyata itu adalah restaurant sushi langganan mereka. Tae Suk meninggalkan ponselnya disana. Pemilik resto mengenal betul keluarga Young Joo dan ia heran, bukankah Jeong Woo alergi udang, tapi kenapa Tae Suk membelinya dan bilang bahwa putranya sangat menyukainya dan hanya makan sushi udang.

Young Joo menjalankan mobilnya menuju kesuatu tempat, ia menelfon kerumah, barangkali kalau tae Suk sudah pulang tapi ternyata belum. Young Joo berpesan pada ibunya untuk menghubunginya jika Tae Suk sudah pulang.


Young Joo sampai di depan rumah Eun Sun tapi tidak segera menekan bel. perhatiannya teralih pada sushi yang ada di depan gerbang. Young Joo kemudian mengambilnya. Eun Sun mendadak keluar. Young Joo bertanya, apa Tae Suk tadi datang.

Eun Sun menjawab iya, Tae SUk tadi memang datang, Young Joo tanya lagi, apa Tae Suk tadi mengatakan mau kemana. Eun Sun balik bertanya, kenapa juga Young Joo menanyakan hal itu padanya.

"Aku sedikit kaget. Sepertinya kau salah paham soal sesuatu." Ujar Eun Sun.

Young Joo mengatakan kalau ia tidak salah paham. Eun Sun lalu menanyakan alasan Young Joo datang kerumahnya, kalau memang Young Joo tidak salah paham. Meskipun Eun Sun tidak tahu mereka punya masalah apa, tapi dia tidak ada hubungannya dengan itu. dia mengerti kalau Tae Suk bisa membuat Young Joo salah paham. Tapi, Young Joo mendadak datang kemari membuatnya tidak mengerti.

"Aku minta maaf kalau kau tersinggung. Aku tidak bisa memberi penjelasan yang tepat. Tapi aku tidak salah paham. Kedepannya akan tetap begitu. Aku bicara jujur." Jawab Young Joo.

Eun Sun tidak ingin tersangkut dalam masalah Young Joo-Tae Suk lagi, Mulai sekarang, dia tidak ingin bertemu seperti ini lagi dengan Young Joo. Dan Eun Sun meninggalkan Young Joo karena ada urusan mendadak.

Young Joo memberikan sushi udang yang ditinggalkan Tae Suk pada Eun Sun. Eun SUn menolaknya, itu buat Young Joo saja. Young Joo mengatakan kalau putranya alergi udang dan ia dengar kalau Dong Woo suka dengan sushi udang.

"Buang saja kalau begitu. Kau kasar sekali." Jawab Eun Sun.

"Ah, aku tidak sensitif. Maaf."

Eun Sun langsung pergi. 


Eun Sun lemas, ia menyandarkan kepalanya ke mobil. lalu Jaksa Kang menelfon. Eun Sun mengatakan kalau ia akan segera ke sana. 


Tae Suk melihat warung ibunya dari luar. di salam ada ayahnya yang membantu ibunya. Tae Suk tidak jadi masuk dan kembali pergi. Ibu sepertinya merasakan sesuatu, dia melihat ke luar tapi tidak ada siapa-siapa di sana.

Ayah mendekati ibu. Dia bertanya, apa Tae Suk sama sekali tidak penasaran? Menelponpun tidak. Ibu mengatakan kalau dia sudah menyiapkan sewaan kamar untuk ayah, katanya seminggu lagi akan kosong. Ayah hanya tinggal mengganti wallpaper ruangan dan pindah kesana.

"Jaksa memintaku tidak pergi jauh, seandainya aku dicari sebagai saksi." Alasan Ayah.

Ayah memakai baju pemberian Young Joo yang sangat pas di badannya juga sesuai seleranya. lalu Telfon ibu berbunyi, dari Young Joo.

"Tidak ada masalah, bukan?" Tanya Young Joo.

Ibumenjawab tidak, lalu bertanya, apa Tae SUk sudah pulang.

"Tidak, masih belum ... sebentar lagi dia pulang." Jawab young Joo.

Young Joo sepertinya cuma mau memastikan, apa Tae Suk ada atau tidak di rumah ibunya.


Lalu Young Joo ke taman, tempat mereka terakhir kali pergi berempat. disana ia menemukan Tae Suk. Young Joo bertanya, sedang apa Tae Suk ada di sana. Tae Suk mengatakan kalau ia hanya sedang memikirkanini dan itu dan udaranya juga bagus. Tae Suk melihat kalau Young Joo membawa tas sushi.

Young Joo kemudian duduk di samping Tae Suk, dia bertanya, apa yang sedang dipikirkan Tae Suk.

"Aku tahu banyak ahli bedah, tapi tidak satupun yang berguna. Pikiran seperti itu. Aku banyak kenal dokter ahli bedah. Tapi... tidak satupun yang bisa memperbaiki kepalaku. Akan lebih baik kalau aku Kanker... setidaknya aku bisa dioperasi... atau terapi radiasi. Tapi penyakit terkutuk ini... aku tidak bisa melakukan apa-apa. Karena aku pasti kalah meskipun aku bertarung mati-matian, aku merasa sesak sekali."

Young Joo menenangkannya. Tae Suk sudah melakukan berawatan, sudah berusahan keras, ia yakin Tae Suk bisa bertahan dalam kondisi ini selama 10, 20, bahkan 30 tahun.

Tae Suk tersenyum, 30 tahun? pertamanya ia berharap mampu bertahan sampai Yeon Woo lulus kuliah, tapi ia rasa kalau ia terlalu berharap. Ia hanya berharap kalau ia mampu bertahan hingga Jeong Woo lulus kuliah saja. Sampai dia melihat Jeong Woo lulus dan bekerja, maka dia bisa tenang sedikit. Setelah hari seperti ini, dia tidak yakin lagi soal itu.

"Kau tahu... Aku rasa bukan hanya otakku yang rusak. Otakku berkali-kali menghapus ingatanku. Tapi hatiku terus mengingatnya. Masalah yang tidak boleh kulupakan, malah dihapus otakku. Masalah yang ingin kulupakan, diingat oleh hatiku. Kepalaku yang rusak. Tapi kenapa malah hatiku yang terasa sakit? Dong Woo... berkali-kali hidup kembali. Tapi begitu aku sadar, dia tidak ada. Dia menghilang. Kedepannya, aku rasa ini akan terjadi berkali-kali, sepuluh kali dan bahkan ratusan kali, Seperti neraka. Sepertinya... aku sedang dihukum."

Young Joo terus memberikan semangat, tidak mungkin begitu?. Tae Suk mengatakan kalau dia orang jahat, sering menyakiti orang lain, arogan dan bodoh.

"Tidak benar. Kau orang baik. Aku tahu itu. Makanya aku menikahimu. Karena kau lelaki baik."

Tae Suk menghapus air matanya, ia tersenyum menatap Young Joo. Ia bertanya, Apa ia pernah jadi orang baik?

"Sekarangpun kau sudah jadi orang baik. Bagiku, kau akan selalu menjadi orang penting di hidupku dan di dunia ini. Kau orang baik. Seterusnya akan tetap begitu. Hatimu tidak boleh lemah. Pengobatan selalu diperbaharui, kau akan lebih baik. Kau harus tetap kuat demi anak-anak."

"Harus begitu. Aku harus kuat."

Tae Suk berjanji mulai sekarang ia akan memanggil Young Joo dengan menyebut namanya bukan dengan ibunya siapa karena dengan begitu ia tidak akan... melupakan nama Young Joo.


Di rumah, Tae Suk masuk ke kamar Yeon Woo, meletakkan sandal di dekat ranjang, membenarkan selimut, lalu mencium Yeon Woo. setelah itu, Tae Suk mengecek Jeong Woo.

Tae Suk belum tidur, ia memegang obat tidur Young Joo. Young Joo memergokinya lalu merampasnya dan segera membuangnya ke closet.  setelahnya, Young Joo menyuruh Tae Suk untuk segera tidur.


Tae Suk memegang lengan Young Joo,,"Kau kira, aku memikirkan apa? Jangan-jangan kau mengira... aku... (mau bunuh diri)". Tae Suk menjelaskan kalau dia belakangan ini banyak pikiran, jadi dia susah tidur. Makanya dia ingin minum obat tidur.

Young Joo ke dapur untuk membuatkan tae Suk teh herbal. Tangannya bergetar saat akan mengambil gelas di laci. Tae Suk mendekati Young Joo, menatap mata Young Joo.

"Aku bukan orang yang lemah begitu. Aku punya dirimu dan anak-anak. Buat apa aku berpikiran rendah begitu? Seperti katamu, aku akan bertahan selama 20 atau 30 tahun. Aku akan rajin olah raga, aku akan makan semua yang kau berikan dan jadi kuat. Mengerti? Jangan khawatir. Aku masih sehat. Aku... aku masih AS di Firma Hukum Taesun."

Young Joo menagis keras. Tae Suk memeluknya.

"Kalau hati Seo Young Joo jadi lemah bisa bahaya. Bagaimana kalau aku mati nanti?" canda Tae Suk.

"Jangan bicara soal mati!"

"Baiklah. Aku salah. Maaf."


Tae Suk di ruang kerjanya, dia menatap foto keluarganya lalu menyalakan alat perekam.

"April 15, 2016. Aku, Park Tae Seok... apapun yang terjadi, tidak akan pernah menyerah pada diriku. Sampai seluruh ingatanku hilang, aku akan menjalani hidup dengan penuh harga diri. Atas nama keluargaku... Aku bersumpah."

Paginya, Tae Suk kempali berolahraga dengan Jeong Woo. 


Jeong Jin datang ke kantor, ia minta SUn Hwa untuk memberitahukan semua jadwal Tae Suk karena ia rekan kerjanya.

"Kau tidak perlu tahu seluruh jadwal pengacara Park." Protes Sun Hwa.

"Kalau aku tahu kemana pergerakannya, itu membantu pekerjaanku."

Sun Hwa terus menatap Jeong Jin, menurutnya Jeong Jin ada yang aneh, tidak tahu pastinya dimana.


Tae Suk datang dan menyapa semuanya dengan gembira. Jeong Jin dan Sun Hwa juga memperlakukannya berbeda. Tae Suk merasa kalau keduanya berubah tapi keduanya kompak kalau keduanya tidak apa-apa.


Jeong Jin masuk ke ruangan Tae Suk untuk melaporkan penemuannya setelah mengorek sampah Young Jin.

"Ketemu sesuatu, tapi perlu dikonfirmasi dulu. Kemungkinannya 50/50. "

Tae Suk bertanya, apa yang ditemukan Jeong Jin. 



Jung Won masih kepikiran masalah Tae Suk yang memergokinya sedang bersama dengan CEO Lee. kemudian teman dokternya menelfon mengabari soal kabar yang ia dengar mengenai Tae Suk. tapi Jung Won tak percaya karena kelihatannya Tae Suk bekerja sangat keras.


setelah Jeong Jin keluar dari ruangan Tae Suk, alaram untuk pemakaian koyo berbunyi. Tae Suk membuka laci untuk mengambil koyonya. Saat ia berbalik, Jung Won sudah ada di depan pintu rungannya, siap masuk. tae Suk gelagapan, ia mengembalikan koyo kembali ke laci dan pura-pura sedang mengerjakan sesuatu.

Jung Won masuk, basa-basi menanyakan mengenai rapat dengan Young Jin.

"Apa... ada yang mau dibicarakan?" Tanya Tae Suk.

Sepertinya Jung Won mau mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Tae Suk memanggilnya sebelum Jung Won keluar.

"Pengacara Han. Jangan cemaskan aku. Aku ini orang egois, aku tidak tertarik dengan kehidupan pribadi orang. Tapi... Kalau aku harus bicara selaku sunbae, apakah kau bisa benar-benar bahagia terlepas dari apa yang kau korbankan... apakah kau sungguh bahagia saat ini? Pikirkan soal itu baik-baik. Alasan kita hidup adalah itu. Demi kebahagiaan." nasehat Tae Suk.

Lalu Jung Won akan keluar tapi ia ingat sesuatu, ia dengar dari juniornya kalau Tae Suk baru-baru ini kau melakukan MRI di rumah sakit Somang, Hasilnya tidak ada masalah bukan?

"Tentu saja, waktu itu aku sempat kecelakaan, jadi temanku mendesakku melakukan tes. Makanya aku melakukannya. Tidak ada masalah." Jawab Tae Suk.

Tae Suk balik bertanya, apa yang dikatakan junior Jung Won itu.

"Bukan hal penting." Jawab Joo WOn, walaupun Tae Suk memaksa tapi Joo Won tetap menjawab bukan hal penting.


Tae Suk menelfon Jae Min mengenai masalah ini.

"Apa maksudmu? Yang tahu hanya Dr Kim dari Radiologi. Dia bisa dipercaya. Dia orang yang paling pandai menjaga rahasia di dunia ini. Nomor 2 setelah aku." Jawab Jae Min

Tae Suk mengingatkan kalau temannya juga yang membocorkan masalah dr Kim padanya.

"Itu karena kau mengancamku!" Sela jae Min. Jae Min meyakinkan Tae Suk kalau dokter Kim dari radiologi itu adalah psikiater jadi dia yakin kalau Dr Kim sudah berasumsi, Tae Suk tak perlu cemas.

"Tiap aku mengingat perbuatanku, aku merasa layak dicambuk seratus kali. Aku tidak layak menyalahkan orang. Tapi... minta dia tutup mulut agar tidak bocor." Pinta Tae Suk.

Jae Min bercanda, kenapa omongan Tae Suk jadi manis begini. Tae Suk sngat minta tolong pada Jae Min masalah ini.

Tae Suk keluar rungan. Sun Hwa langsung berdiri dan menodong Tae Suk dengan pertanyaannya, mau kenama?

Tae Suk hanya mau ke toilet, dia mengingatkan Sun Hwa, kalau tidak perlu tanya sedetil itu padanya.

"Maaf." Ucap Sun Hwa.

"Buat apa minta maaf."


Jeong Jin melihat keanehan Sun Hwa ini.

Click to comment