-->

Type something and hit enter

On
advertise here

Tae Suk menemui Eun Sun. Eun Sun mengatakan kalau ini bukan hanya kesalahan, mereka melakukannya dengan sengaja. Ia menyesal telah melakukan kesalahan, seharusnya ia tidak meminta artikel itu ditulis. Ia malah memberi penjahatnya peluang. Tae Suk mencoba menenangkannya, tidak ada yang menyangka kalau akan begini.
"Ini pasti bukan kecelakaan biasa." Tebak Eun SUn.

"Apa maksudmu?"

"Bisa saja tabrak lari ini direncanakan."

"Itu mustahil. Siapa yang mau melakukan itu?"

"Tanyakan pada dirimu sendiri? Mungkin ada orang yang ingin balas dendam padamu. Makanya pikirkan kembali!"

Tae Suk mengelak, ia hanya pembela umum biasa saat itu. Ia tidak pernah punya kasus yang membuat orang dendam saat itu. Eun Sun terus memaksanya untuk berpikir, Ia juga menjelaskan kalau kata penjaga toko pelaku yang membeli bunga masih muda.  memakai topi, jadi sulit diingat. Tapi dia terlihat seperti akhir 20an atau awal 30an.

"Itu aneh. Itu artinya dia masih 15 tahun saat itu." Jawab Tae Suk.

Eun Sun bisa memaklumi kalau saksinya bisa saja salah soal itu. Jadi abaikan soal umur dan ia terus menyuruh Tae Suk untuk coba mengingat kembali.

"Ibu Dong Woo."

"Apa saja, sesuatu. Coba ingat meskipun kau tidak bisa mengingatnya!" Kata Eun Sun penuh emosi, lalu ia berhenti sebenar sebelum melanjutkan:"Bagaimanapun aku berusaha. Aku tidak bisa memikirkan apapun. Ribuan, bahkan jutaan kali, aku hanya bisa mengingat wajah Dong Woo. Harusnya aku tidak belajar untuk ujian Advokat."

Tae Suk meluruskan kalau ini bukan salah Eun Sun, ini bukan salah siapa-siapa. Tapi bagi Eun Sun ini adalah salah mereka berdua, Seandainya ia kembali lebih awal... seandainya Tae Suk menepati janji. Dong Woo... pasti belum tiada.

"Kau dan aku ... kita sama-sama membunuh Dong Woo." Lanjut Eun Sun.


Tae Suk berjalan menuju kantornya. Seorang badut menghadangnyauntuk memberikan selebaran. Tae Suk langsung syok, ia gemetaran dan pucat. Beruntung ia bisa menguasai dirinya.

Ia kembali teringat dengan mimpinya, seorang narapidana memakai topeng badut mendatanginya dan mengatakan kalau dirinya bukan pembunuh. Kemudian ia teringat kata-kata Jeong Woo : "Bukan aku yang melakukannya. Sungguh. Bukan aku.  Aku sungguh tidak tahu apa-apa."

Bukan hanya itu, perkataan Young Joo dan Eun Sun yang memojokkannya juga terus terngiang, ia jadi pusing, pandangannya berputar, mual. Akhirnya ia muntah di toilet kantor.


Sun Hwa mondar-mandir karena belum bisa menghubungi Tae Suk. Tae Suk datang, Sun Hwa langsung menuju datangnya Tae Suk. Sun Hwa bertanya, dari mana saja Tae Suk tadi. Tae Suk menyuruh Sun Hwa untuk menahan semua telfon untuknya, ia perlu istirahat.

CEO Lee datang dan menegur Tae Suk karena tak menghadiri meeting dengan Konstruksi Daejung. Lalu ia menyuruh Tae Suk untuk ke ruangannya, ia peru bicara dengan Tae Suk.


Je Hoon membisiki Jeong Jin, ia semakin yakin kalau Tae Suk pasti dihukum karena pikiran Tae Suk tidak di raganya. Jeong Jin akan memukulnya tai ia berhasil menghalagi. tapi Jeong Jin masih memiliki kesempatan untuk menendangnya.


CEO Lee kembali menegur Tae Suk, kenapa bisa lupa?! sepenarnya kenapa? apa karena Dong Woo.

"Tidak. " Jawab Tae Suk.

"Setidaknya menelpon! Presdir Jo mengkritikmu habis-habisan selama sejam. Kami tidak tahu kau dimana, jadi mereka terus menelpon!"

Tae Suk menjawab kalau ia akan minta maaf secara langsung pada Presdir Jo. CEO Lee melunak, ia mengatakan kalau untuk sementara pertemuan ditunda besok. Ia bilang ke mereka Tae Suk ada keperluan mendadak, sisanya Tae Suk yang atasi.

"Ya, maafkan aku." Tae Suk mengerti.

CEO mengerti kalau Tae Suk banyak pikiran karena masalah Dong Woo, tapi ia minta agar Tae Suk membedakan antara urusan pribadi dengan kerja. Tae Suk mengerti lalu berjalan ke luar.


Tae Suk kembali ke ruangannya. Sun Hwa menyuguhinya teh kesukannya. Tehnya lucu. Sun Hwa minta maaf karena lupa mengirim pesan ke Tae Suk.

"Ini salahku. Kenapa kau yang minta maaf?
"Pulanglah lebih awal. Jadwalmu sudah kosong hari ini."


Tae Suk mengerti. Sun Hwa pun keluar. Lalu  Tae Suk membalik peangan kantung teh, disana ada pesan Sun Hwa: "Semangatlah, Kapten!"

Tae Suk tersenyum dengan perhatian kecil Sun Hwa. 


Young Joo belanja banyak dan kebanyakan adalah kacang-kacangan. Ibu ingin minta satu karena ia mendengar kalau itu baik untuk menghindari Alzheimer. Young Joo tak memperbolehkannya, itu untuk suaminya dan ia berjanji akan membelikan untuk Ibunya lain kali.

"Aigoo, kau plin plan sekali. Waktu itu aku diomeli karena membawa obat herbal buatnya. Itu sebabnya tidak ada gunanya punya anak.  Mereka hanya memikirkan pasangannya saja." Ibu marah.

Young Joo mengajak Ibu untuk belanja besok kalau begitu. Ibu tidak mau kalau terpaksa dan juga, bagus kalau Young Joo merawat Tae Suk, tapi Young Joo juga perlu merawat dirinya sendiri, Pekerjaan rumah adalah pekerjaan fisik, Jangan sampai sakit saat menjaga keluarga.


Jeong Woo dihukum untuk membersihkan sampah. Myung Soo melihatnya namun mengabaikannya. Jeong Woo memanggil Myung Soo, dan Myung Soo berhenti kemudian berbalik menghadap Jeong Woo.

Jeong Woo menanyainya, pasti Mung Soo kan yang menaruh jam di tasnya, ia tahu kalau Dong Gyu yang menyuruh Myung Soo. Tapi ia tidak sangka Myung Soo akan begini padanya.

"Anak lain tidak masalah, tapi kenapa kau melakukan ini padaku?" Lanjut Jeong Woo.

"Jangan sok! Aku bukan lagi Kim Myung Soo yang dulu."

"Tapi, aku tetap masih menganggapmu temanku. Karena kau temanku, aku ingin membantumu. Teganya kau begini padaku? Kau jahat sekali. Kau lebih jahat dibanding mereka."


Lalu Dong Gyu dan Sang Hyun datang, langsung menendang Jeong Woo sampai jatuh. kemudian menendangi lagi badan Dong Gyu, mereka menghindari melukai wajah karena akan ketahuan.

Dong Gyu jongkok dan memperingatkan Jeong Woo untuk diam daja, karena ia bisa sakit kanker melihat Jeong Woo.


Sepulang sekolah, Jeong Woo memutuskan untuk membalas Dong Woo. Ia menggenggam batu lalu memukulkannya ke kepala Dong Gyu sampai berdarah. Jeong Woo kabur setelah melakukannya. 


Tae Suk pulang cepat. Yeon Woo langsung menyambutnya. tapi Young Joo sepertinya belum mau bicara dengannya.

Tae Suk masuk kamar, disana ia menemukan mantelnya dan memeriksa sakunya, koyo yang sedari tadi pagi dicarinya ada disana. Sekarang ia bingung mau menyembunyikannya dimana, akhirnya ia menaruhnya di dalam tas.


Young Joo mendapat telfon dari wali kelas Jeong Woo. Masalah Jeong Woo yang memukul Dong Gyu. Ibu guru meminta Young Joo untuk kesana (RS tempat Dong Gyu dirawat).

Young Joo dan Tae Suk sampai di IGD. Bu Guru menjelaskan kalau menurut anak-anak, Jeong Woo tiba-tiba memukul kepala Dong Gyu dengan batu. Tae Suk ingin bicara dengan anak-anak itu. Bu Guru menjelaskan kalau anak-anak sudah disuruh pulang. Sang Hyun sepertinya baik-baik saja, tapi Myung Soo syok berat, jadi Dia dibawa pulang oleh orang tuanya.

"Seberapa parah luka Dong Gyu?" Tanya Tae Suk.

"Dokter sudah menjahit lukanya, syukurlah lukanya tidak terlalu besar. Tapi, orang tuanya sangat kaget dan juga sangat marah."

Young Joo bisa memahami, Sudah pasti begitu. Lalu Ayah Dong Gyu datang. Tae Suk dan Young Joo sungguh minta maaf,

"Ini tidak bisa dimaafkan hanya dengan kata-kata. Terlebih lagi, aku yakin kekerasan di sekolah adalah masalah serius. Yang dilakukan Jeong Woo sudah sangat merusak." Jawab Ayah Dong Gyu.

"Ya, aku bertanggung jawab karena tidak mendidik anakku dengan baik. Sebagai orang tua, aku paham kalau ini tidak bisa dimaafkan. Tapi, mereka masih sangat muda..." Tae Suk mencoba meminta pengertian Ayah Dong Gyu.

"Kalau kau begitu, sama dengan kau mendidik Jeong Woo menjadi biang kerok."

Young Joo mengerti perasaan Ayah Dong Gyu. Masalah ini memang sulit dimengerti, tapi ia rasa Jeong Woo tidak melakukannya dengan maksud buruk.

"Nantinya... kalau Jeong Woo sudah jadi pembunuh, apa kau masih akan membelanya?" Tanya Ayah Dong Gyu.

Tae Suk membentaknya karena sudah kelewat batas. Ayah Dong Gyu balik membentak, Jeong Woo memukul kepala anaknya dengan batu! Tae Suk akan bilang apa kalau anaknya sampai mati? Bagaimana pengacara seperti Tae Suk... mendidik anaknya dirumah?

Young Joo mencoba menghentikan Ayah Dong Gyu, tapi ayah Dong Gyu bilang kalau ia tidak mau bicara lagi dan menanti mereka di sekolah. Young Joo masih mencoba membujuk Ayah Dong Gyu, Tae Suk menghentikannya, Saat ini tidak ada gunanya bicara.

"Sebaiknya hari ini anda pulang saja. Ketua sangat marah sekali." Saran Bu Guru.

Tae Suk tanya, ketua apa maksudnya. Bu Guru menjelaskan kalau Ayah Dong Gyu adalah ketua sekolah dan akan diadakan Pertemuan orang tua murid demi membahas masalah ini, jadi sebaiknya mereka pulang saja.

Young Joo bertanya, dimana Jeong Woo, apa masih disekolah. Bu Guru kaget, ia malah balik bertanya, apa Jeong Woo belum menelfon.

"Dia tidak mengangkat ponselnya." Jawab Young Joo.

"Jeong Woo yang menelpon 119, tapi kami belum bertemu dengannya." Jelas Bu Guru.

Young Joo langsung lemas. 


sementara itu, Jeong Woo berdiri di tepi atap sebuah gedung. Ponselnya terus bunyi, tapi tak dihiraukannya. 


Tae Suk mencari ke tempat-tempat yang biasanya didatangi remaja tapi tak menemukan jeong Woo. Young Joo berjaga di rumah siapa tahu Jeong Woo pulang, tapi belum pulang juga.

Tae Suk menelfon Young Joo, meminta Young Joo untuk menelfon teman Jeong Woo. Young Joo mengatakan kalau Jeong Woo hanya dekat dengan Myung Soo tapi Myung Soo tidak mengangkat telfonnya. Young Joo takut kalau Jeong Woo pasti sendirian saat ini karena Jeong Woo tak punya teman, Young Joo menyalahkan dirinya, karena sebagai Ibu ia tidak tahu apa-apa tentang Jeong Woo.

Tae Suk menenangkannya, ia yakin kalau tidak akan terjadi apa-apa, tak perlu khawatir. Jeong Woo pasti belum jauh dan pasti mudah mencarinya. Tae Suk berjanji kalau ia pasti menemukan Jeong Woo.


Karena udah janjian makan malam. Jeong Jin menunggu Sun Hwa di luar dengan mobilnya. Mereka mau makan Samgyupsal. Eh, Je Hoon muncul entah dari mana, ia juga suka Samgyupsal katanya. Je Hoon melihat-lihat mobil Jeong Jin yang ternyata model baru.

"Jangan masuk!" Larang Jeong Jin.

"Apa kalian marah karena aku mengganggu kencan kalian?"

"Bukan begitu!" Jawab Jeong Jin, sedangkan Sun Hwa nya cemberut sambil menyilangkan tangan di dada.


Alhasil mereka makan malam bersama. Je Hoon mengatakan kalau rasa Smgyupsal disana tidak ada yang istimewa tapi ia malah yang paling banyak makan. Je Hoon janji pada Sun Hwa kalau ia akan membawa Sun Hwa ke tempat yang lebih bagus. Sun Hwa menjawab kalau tempat pilihan Keong Jin ini juga lumayan.

"apa kau sering kesini?" Tanya Sun Hwa.

"Tidak. Ini pertama kalinya." Jawab Jeong Jin sambil senyum.

Je Hoon menuangkan minuman untuk Sun Hwa, ia mengatakan kalau Sun Hwa mirip sekali dengan kenalannya. Sun Hwa langsung bisa menebak, pasti yang dimaksud Je Hoon adalah cinta pertama Je Hoon, laki-laki sering bilang begitu padanya.

"Itu artinya adalah impian para pria." jawab Jee Hoon.

"Itu artinya lelaki itu suka berbohong." Balas Sun Hwa.


Jeong Jin tersenyum, kemudian pandangannya teralihkan ke pemilik resto yang meraba-raba pegawainya. Jeong Jin terus melihat ke arah pemilik, tapi pegawainya sudah pergi dari sana. Sun Hwa melihat Jeong Jin penuh tanya, tapi Jeong Jin hanya membalasnya dengan gelengan dan senyuman. Je Hoon kesal melihatnya, ia menyuruh mereka untuk  bicara saja.


Selesai makan, Je Hoon mabuk berat, ia bicara ngelantur, minta dipeluk SUn Hwa lah, gak mau pulang lah, tapi dia gak malu, yang malau malah Jeong Jin sama Sun Hwa.

Sun Hwa mengulurkan tangannya untuk membantu Je Hoon berdiri. Jeong Jin memisahkan tangan mereka, lalu menggendong Je Hoon. Jeong Jin melihat salah seorang pegawai resto keluar, ia memanggilnya.


Tae Suk terus mencari Jeong Woo, kali ini ia sampai di sekolah Jeong Woo. Ia masuk kelas Jeong Woo, bukan menemukan Jeong Woo melainkan Myung Soo yang ada disana. Tae Suk menyuruh Myung Soo untuk lekas pulang.

Myung Soo menunjukkan sms yang dikirim Jeong Woo untuknya. isinya aneh. Tae Suk membacanya.

"Bagaimanapun aku masih menganggapmu temanku. Aku tidak ingin membencimu. Jaga dirimu."

Myung Soo sepertinya tahu dimana Jeong Woo. Sekarang Tae Suk melajukan mobilnya untuk menuju tempat itu. Ia teringat mengenai kebersamaannya dengan Jeong Woo akhir-akhir ini. Sementara itu, di luar rumah, Young Joo mondar-mandir menunggu kedatangan mereka berdua.


Jeong Woo berdiri di tepi atap sebuah gedung. Tae Suk sampai di gedung tersebut dan ia bergegas untuk naik ke atapnya. Disana ia tak menemukan siapapun. Ia terusmemanggil-manggil Jeong Woo, melongo ke bawah juga, tapi tak menemukan siapa-siapa. Pikirannnya kacau. Lalu ia melihat Jeong Woo duduk memeluk lutut dipojokan atap.


Tae Suk langsung mendekatinya. Jeong Woo minta maaf. Tae Suk mengatakan tidak apa-apa, ia yang lebih minta maaf, ia tahu pasti rasanya sangat berat, ia tahu kalau Jeong Woo pasti mau cerita dengannya tapi ia tidak menyadarinya lebih awal.  

"Maafkan Ayah, Jeong Woo. Ini salah Ayah."

Jeong Woo menangis keras dan Tae Suk memeluknya untuk menenangkannya, ia sangat takut, ia kira ia akan kehilangan Jeong Woo.

Tae Suk membawa Jeong Woo pulang. Setelah melihat Young Joo, Jeong Woo langsung memeluknya. Dirumahnya, Eun Sun juga memeluk foto Dong Woo.


Seung Ho jalan sempoyongan karena mabuk. Ayahnya ada di bar sendirian. Kemudian Jung Won datang.


Young Joo sudah menidurkan Jeong Woo, ia lalu menuju Tae SUk yang duduk di sofa depan TV. Young Joo menyuruhnya untuk istirahat juga. Tae Suk menarik tangannya untuk duduk disampingnya.

"Aku masih belum, minta maaf padamu dengan baik, soal waktu itu."

Young Joo menjawab kalau ia sudah melupakannya, karena ia tidak ingin mengingatnya. Tae Suk tersenyum. Young Joo menyandarkan kepalanya di bahu Tae Suk,,"Biarkan aku begini sebentar. Hari ini rasanya panjang dan berat sekali."

Tae Suk mengerti, tapi ia memastikan kalau semua akan baik-baik saja. 


Tae Suk datang ke sekolah Jeong Woo, ia melihat  banner mengenai pembullyan.

SAAT KAU DI BULLY, LIHAT DIRIMU SENDIRI DAN JANGAN MARAH.

Tae Suk mencopotnya lalu membawanya ke ruangan pertemuan orang tua dan murid untuk membahas mengenai insiden pemukulan yang dilakukan Jeong Woo.


Click to comment